Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya. (Ar-rahman :17)



Selasa, 14 Februari 2012

Strawberry Youghurt dan Float Mochachino


Sore  @cisangkuy ... 

Langit tampak merona kemerahan menyambut matahari yang akan tenggelam di ufuk barat sana, hmm.. sore yang cerah tampaknya dengan hembusan angin yang membuat dedaunan pohon menari-nari, beberapa waitress pun tampak melayani konsumen dengan gembira, itu terlihat dengan raut muka mereka yang tampak tulus dan ikhlas, termasuk juga ketika mereka memberikan segelas youghurt strawberry yang kupesan tadi, gelasnya masih terisi penuh, sama seperti gelas yang ada dihadapannya,float mochacino yang dipesan Gan tadi, dia sama sekali ngga menyentuh bahkan melirik minuman favouritenya itu, yang dia lakukan tadi hanya berbicara denganku setengah jam dan berakhir dengan mata kekecewaan penuh padaku,


Tak sengaja aku sedang memperhatikan bapak parkir diluar cafe sana yang sibuk mengatur mobil yang akan parkir di halaman cafe, kulitnya yang hitam mungkin karena terbakar sinar matahari, ya pekerjaannya tiap hari selalu dengan terik matahari, bajunya yang selalu tidak pernah digantinya, mungkin dia sangat menyukai baju berwarna orange itu bahkan sampai lusuh dipakainya, yang aku tahu dia sangat menyukai pakaian itu, bibirnya tampak asyik tak henti-hentinya mengeluarkan kata “terus...terus...” pada sang pemilik mobil yang akan parkir tersebut, mungkin penghasilannya tak seberapa, terlebih lagi mungkin juga dia harus membiayai keluarganya .., 

Ya.. apakah dia lebih memikirkan logika atau perasaannya saja? Dia berpikir dengan logikanya ketika dia adalah seorang kepala keluarga yang harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, tapi dia juga pasti berpikir dengan perasaannya ketika dia harus ikhlas dan tulus bekerja sebagai tukang parkir dengan panghasilan tidak seberapa,

Jadi apakah logika lebih penting daripada perasaan?

Kurang lebih setengah jam yang lalu aku disini bersama Gan, sahabatku. Entah seperti apa hubungan kami, tapi selama dua tahun terakhir aku adalah perempuan yang paling dekat dengannya, ketika dia tahu bahwa aku akan menikah enam bulan lagi, dia sangat shock..
Yang aku heran, kenapa dia shock? Whats the problem?

Apa alasan dia begitu kecewa tadi, dan kata-kata terakhirnya yang paling aku ngga suka ketika dia bilang “ kenapa perempuan selalu berpikir dengan perasaannya, bukan dengan logikanya?”
Mungkin dia lelah dengan perjalanan 3 jam dari balikpapan tadi,  setibanya ke bandung dia langsung menemuiku disini, ketika aku menunggu disini hatiku tampaknya bersorak melihat dia dengan senyumannya yang khas menyapaku,
“Lama nunggunya ya, Kin?” suaranya masih sama seperti setaun yang lalu, ya terakhir aku bertemu dengannya setaun yang lalu, setelah itu mengalir pembicaraan yang biasanya ketika dua orang baru bertemu setelah satu tahun, aku tahu bahwa dia ingin memastikan hal ini, ketika pembeicaraanku lewat telepon tiga hari yang lalu “aku dilamar dan enam bulan lagi aku menikah”

Mata Gan yang tajam yang sebenarnya dapat menenangkan hatiku ketika aku dalam masalah menunjukkan bahwa dia menunggu aku memulai pembicaraan.
“Aku sebenarnya ngga terlalu mengenal dia, Gan. Tapi dia pilihan kedua orang tuaku, i think he is the best for me”
“for you, or for ur family”
What the meaning?? Aku tau maksud Gan seperti apa, tapi bagaimana ketika orang tua sudah memilihkan pasangan untukku dan mereka berharap aku berjodoh dengannya, orang tua bahkan tau yang terbaik untuk hidup kita, setidaknya itu yang aku tahu dari pengalamanku selama ini.

“orang tua ingin yang terbaik buat aku, Gan. Aku ngga mau mengecewakan mereka, dan mereka juga pastinya ingin buat aku bahagia”
Gan membisu mendengarnya, dia tampak memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawab apa yang baru saja kukatakan.
“kenapa kamu ngga sabar nunggu aku satu bulan saja, kasih aku kesempatan satu bulan lagi “

Aku agak terdiam mendengarnya, aku sangat mengerti apa yang dimaksudkan Gan, tapi apakah selama ini dia pernah bilang padaku untuk menunggunya paling tidak satu bulan lagi, apakah aku punya kepastian darinya?
“Aku rasa.. aku ngga punya kepastian dari kamu Gan, untuk menunggu satu bulan lagi, apa kamu pernah bilang sama aku?” Gan ngga menjawab apa-apa, dari raut mukanya aku tahu bahwa dia memang tidak pernah membicarakan hal ini denganku.
“ya tapi logikanya apa kamu yakin menikahi orang yang belum kamu kenal,” Gan agak mengecilkan volume suaranya, tampak tak setegas sebelumnya.
“jika ini paksaan.. sebaiknya jangan diteruskan” Gan melanjutkan lagi,

Gan memang dari dulu selalu tahu kondisi  perasaanku, tapi apakah dia tahu bagaimana perasaanku yang selalu menunggu kepastian darinya, selama ini dia tidak pernah mebicarakan hal yang menyangkut tentang ini, dan sekarang sudah terlambat ketika seseorang datang kepadaku dengan niat suci, 

“Kamu ngga ngerti perasaan aku Gan, apa selama ini kamu tahu gimana perasaan aku selalu menunggu kepastian dari kamu”Aku agak terbata-bata mengucapkannya, aku tahu bahwa mataku berkaca-kaca, mata yang selama ini ingin mengalirkan air matanya.
“Bisa kan sekali ini saja lebih mementingkan logika dari pada perasaan “ Gan tampaknya tidak mau disalahkan, aku tahu itu. Gan memang dari dulu selalu mementingkan logikanya daripada perasaannya, logika seorang lelaki bukan perassan seorang perempuan.

“ kenapa perempuan selalu berpikir dengan perasaannya, bukan dengan logikanya?”
“Jika semuanya harus dengan logika, apakah ketika seorang perempuan melahirkan dia juga menggunakan logikanya? Bukan dengan perasaannya ?” kali ini Gan membisu, dia menghela nafas agak panjang dan raut mukanya tampak menyerahkan keadaan.
“aku belum solat duhur “ Gan bergumam sembari beranjak berdiri dari duduknya dengan raut muka tak seceria tadi ketika bertemu denganku,


Pembicaraan tadi setiap detik dan setiap katanya masih teringat sampai saat ini, agak penat memang memikirkannya, menuggu Gan selesai solat duhur dan yang terbayang hanyalah pembicaraan tadi, aku harus mengambil keputusan saat ini juga, kita sebagai manusia tidak pernah tahu apa yang sudah digariskan-NYA, begitu pula apa yang akan terjadi enam bulan yang akan datang, sebulan yang akan datang, seminggu yang akan datang, besok bahkan detik berikutnya,  tak bisa kujelaskan bagaimana sesungguhnya perasaanku pada Gan, tapi sebuah kepastian itu sangat penting untukku,


Kupejamkan mata beberapa saat... yang ingin kurasakan hanyalah suara dedaunan pohon yang tertiup angin sore, yaa... agak rilek aku dibuatnya. Dan ketika kubukan mata... yang terlihat seraut muka tulus orang yang aku sayangi...
Gan, kadang hidup itu tidak seperti yang kita inginkan, tapi yang kita jalani ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar